Foto: Lamawato Eddy Max |
Sejak dulu, tempat ini menjadi salah satu destinasi
wisata religius yang cukup digandrungi masyarakat secara khusus umat Katolik
wilayah pesisir dan pendalaman Adonara Barat bahkan seluruh umat dipulau
Adonara. Apalagi pada bulan Mei bulan ini bulan yang dikenang khusus sebagai
bulan devosi kepada Bunda Yesus, Maria. Bahkan tradisi pengenangan ini sudah
menyejarah dalam hati dan sanubari umat Katolik di tempat ini.
Tak heran, biasanya pada bulan ini destinasi wisata
religius ini selalu dikunjungi para peziarah dari pelosok daerah di pulau
Adonara mulai dari anak-anak sampai orang tua. Kedatangan mereka punya arti.
Karena ada ketenangan dan kenyamanan jiwa yang mereka alami jika berada kusut
di tempat ini. Banyak kisah dan cerita yang sudah memberi makna dan bukti
pengakuannya. Semuanya bisa dicerna dengan kaca mata iman.
Namun kini destinasi rohani yang dikenal dengan nama
Gua Wato Jong, sebuah gua klasik yang secara budaya telah menyimpan sejarah
iman penuh misteri semenjak dari para penemunya ini kini menjadi gua tak lagi
berwajah dan terjamahkan. Namanya pun pelan-pelan mulai redup ditengah
perkembangan hidup dan pikiran masyarakat yang semakin modern. Cerita iman klasik
ini pun semakin tak berkata. Pelan-pelan tergusur dengan munculnya
destinasi-destinasi baru yang lebih menyenangkan raga. Destinasi ini pun kini
hanya sekadar batu tua yang kian hari makin rapuh dan suatu saat akan hancur
menjadi bebatuan tak lagi bernama dan bermakna.
Adapun upaya masyarakat setempat untuk
melestarikannya secara swadaya. Namun upaya itu tak berefek besar karena area
destinasi ini cukup besar dan luas. Keterbatasan sarana dan materi yang mereka
miliki-karena mayoritas mereka adalah petani- membuat usaha mereka hanya
sebatas membersihkan dan mengatur kembali bebatuan yang sudah mulai terlepas
dan tercecer.
Kini, tempat wisata yang terletak di desa Pajinian
Kecamatan Adonara Barat ini perlu perhatian khusus. Tapi memaksa orang untuk
memberikan perhatian juga bukan sebuah aturan yang harus ditegaskan. Karena
sesuatu yang dipaksakan akan menjadi sebuah perdebatan yang mungkin tidak ada
hasilnya.
Namun bukan berarti kita diam, cuek dan masa bodoh.
Kepekaan dan bantuan dari semua pihak untuk menjamah tempat ini menjadi sebuah
destinasi wisata yang lebih terawat masih sangat dibutuhkan.
Semoga seruan ini menyapa semua kita untuk coba
menoleh ke sana. Iya, destinasi wisata religius Gua Wato Jong. (Teks: Edi
Lamawato)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar